Islamic Widget

Wednesday, January 26, 2011

Ngapain Bantu Palestina? (Comment please)

Bismillah. Ya Allah ampuni hamba jika ini ghibah, ampuni jika ini termasuk perbuatan tercela, hamba hanya ingin menuliskan opini hamba, soalnya hamba udah gregetan...

Semua ini bermula dari sebuah pengajian umum yang diadakan di kantor beberapa waktu lalu. Metode pengajian adalah dengan menjelaskan ayat-ayat Al Qur'an berdasarkan satu tema. Dan tema hari itu adalah "Berbuat Baik Versi Allah SWT." Hmmm...quite interesting, isn't it?

Berbuat baik itu harus menurut versinya Allah, kata sang ustadz.
"Ada nggak yang berbuat baik menurut versinya sendiri tapi salah? Ada! Ini contohnya..." kemudian beliau menyebutkan Surat Faathir[35] ayat 37:
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka) niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan". (Dikatakan kepada mereka), 'Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (adzab Kami) dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.'"
Sang ustadz menekankan pada akata-kata yang dicetak tebal. "Berarti kalau kayak gini, udah pernah berbuat baik belum? Udah kan? Tapi salah, karena bukan menurut versinya Allah...masuk neraka deh." Kurang lebih seperti itu penjelasan beliau mengenai ayat ini.
Ha? Emang kayak gitu tafsirnya? Bukannya itu menunjukkan penyesalan mereka karena berbuat kejahatan? Makanya berteriak seperti itu, maksudnya akan mengerjakan kebaikan yang berlainan dengan perbuatan jahat mereka terdahulu. Di Tafsir Ibnu Katsir pun disebutkan, bahwa Allah tidak memenuhi permintaan mereka, karena Allah mengetahui bahwa bila permintaan itu dikabulkan, mereka pasti akan kembali melakukan perbuatan yang dilarang. Berarti yang dilakukannya sewaktu di dunia adalah perbuatan jahat.

Haduuhh...mulai panas dingin neh. Mulai gak sreg dengan penafsirannya. Tapi ya udahlah, pikirku. Mungkin dalam pandangan sang Ustadz, berbuat kejahatan itu dikira baik oleh pelakunya. Keep husnuzhan...he's also a da'i, yang kedudukannya mulia di sisi Allah.

Kemudian pak Ustadz memberikan contoh lagi, kali ini di Surat An-Nisaa' [4] ayat 36.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."

Nah, menurut pak Ustadz, inilah cara berbuat kebaikan yang menurut versinya Allah. Yang harus kita prioritaskan adalah ortu kita, karib kerabat, dst sesuai urutan dalam ayat tersebut.
Ustadz : "Jadi, bapak-bapak, ibu-ibu... coba kita lihat. Orang-orang yang mengirim bantuan ke Palestina itu berbuat baik nggak?"
Hadirin : "Iya..."
Ustadz : "Yang bantuin Merapi itu berbuat baik nggak?"
Hadirin : "Iya..."
Ustadz : "Tapi kalo di sekitarnya, bapak ibunya kelaparan, tetangga kelaparan, kira-kira seperti itu bener atau salah?"
Hadirin : "Salah..."
Ustadz : "Nah, jadi nggak usah jauh-jauh nolongin orang di Palestina kalau di sekitar kita masih banyak yang perlu ditolong. Palestina itu kan tetangga jauh, jadi bukan prioritas utama. Coba kalo kita meninggal, siapa yang mengurus jenazah kita, memakamkan kita, tetangga kita atau orang Palestina?"
Hadirin : "Tetangga..." (Me : ??)
Ustadz : "Tolonglah orang-orang terdekat kita lebih dahulu. Itu yang sesuai versi Allah. Orang-orang yang memprioritaskan Palestina, itu berbuat baik menurut versi kelompoknya sendiri! Bukan menurut versi Allah..."
Me : ??????

Astaghfirullah...
Aku cuman bisa istighfar sambil berusaha menjaga husnuzhan kepada beliau. Bagaimanapun beliau juga seorang da'i, kedudukannya nggak main-main di sisi Allah. Lagipula hafalan Al-Quran beliau jelas lebih banyak.
But I'm very annoyed with the statement above!!!!!
Beneran deh. Lha sekarang kalo semua orang mikirnya seperti itu, apatis kayak gitu, gak bakalan ada yang namanya KNRP, Sahabat Al-Aqsha dll. Ga akan ada yang namanya Dompet Peduli Bencana Merapi.
Ya aku pikir kata-kata Ustadz tadi ada benarnya juga sih, hanya saja cara penyampaian dan logika yang digunakan bener-bener nonsense. Masa parameternya hanya karena tetangga dekat kita yang nolongin kita, trus yang jauh gak usah dibantu, gitu?
Tak tahukah kita bahwa Palestina mengirimkan bantuan untuk korban Merapi dan Mentawai?
Bukankah Rasulullah menggambarkan orang-orang mukmin itu bagaikan satu tubuh?
Se-apatis itukah kita terhadap tetangga jauh disana hanya karena kita disini lagi banyak masalah?
Inikah yang dinamakan Ukhuwah Islamiyah?

Seorang teman pernah memberikan analogi yang menarik:

Kita emang orang susah, keadaanya beli beras susah, bayaran sekolah anak mahal, listrik belum dibayar, air PAM mati, stress dah mau nyelesain masalah rumah sendiri.
Trus kita tahu tetangga/saudara kita lagi teriak minta tolong mau dibunuh karena gak mau nyerahin harta-bendanya.
Apa kita diem aja... aahh bodo amat mau dibunuh kek tuh orang, mang gue pikirin gue aja lagi susah nih mau beli beras...trus klo ada polisi, apa kita sbg tetangganya/saudaranya gak ikut dimintakan persaksian....
aneh kan klo ditanya Polisi...
Polisi: "Anda tau kejadian ini?"
Kita: "tahu"
P: "Anda dengar saat korban teriak ketika akan dibunuh:
K: "denger pak"
P: "Anda tahu alasan korban dibunuh"
K: "tahu pak karena gak mau nyerahin harta bendanya"
P: "Apa yang anda lakukan saat itu"
K: "Yaa diem aja lah pak, masalah saya juga lagi banyak nih, anak belum bayaran, beras dah mau abis, tagihan listrik mahal"
Kira-kira apa yang akan dilakukan Polisi?
Nah, klo itu Polisi, Klo itu Alloh SWT, kita diminta persaksiannya di akhirat.
Gimana???
Hhhhh... semoga yang aku benci adalah pemikirannya, bukan orangnya (pak Ustadz-nya) ....
Feel free to comment!

No comments:

Post a Comment